Seri Motivasi Menulis Bagi Guru (Bagian 29)
Saat Kita Berada di Simpang Putus Asa (https://www.oprahdaily.com/)
Hmm, pernahkah Bapak dan Ibu guru mengalami patah
semangat atau mendadak kehilangan semangat menulis saat sedang mengikuti sebuah even atau kompetisi
menulis yang dilakukan secara marathon (1 minggu 1 postingan, 1 minggu
berturut-turut, 15 hari berturut-turut, 30 hari menulis, 40 hari menulis, atau
bisa jadi durasinya lebih panjang lagi)?
Di saat-saat seperti ini rasa-rasanya ingin berhenti
menulis, lalu menutup laptop dan tidur atau menyibukkan diri dengan aktivitas
lainnya. Setelah itu esok harinya tidak menulis lagi untuk kompetisi atau lomba
yang sama. Istilah kerennya tutup buku, ibarat laporan keuangan di akhir bulan
yang telah selesai dilaporkan pertanggung jawabannya.
Kadang kondisi ini bisa kita alami di minggu-minggu
awal mengikuti lomba atau kompetisi. Ada
pula yang mengalaminya di pertengahan perjalanan. Bahkan ada yang tiba-tiba
memutuskan berhenti menulis di hari-hari terakhir menjelang pelaksanaan lomba
atau kompetisi ditutup.
Tentu akan ada rasa penyesalan yang akan kita alami.
Pun rasa kecewa di dada yang tak bisa kita hapuskan dengan mudahnya.
Jika memang ada alasan yang tepat yang kemudian
mengharuskan kita mengakhiri keikutsertaan kita pada sebuah even menulis,
rasanya hal tersebut sah-sah saja dan bisa diterima secara logika. Namun jika
tidak ada alasan yang berarti, maka ada baiknya kita pertimbangkan lagi.
Mengapa demikian?
Alasan pertama,
untuk mengikuti sebuah lomba biasanya memerlukan sejumlah persiapan yang
memadai, apalagi bila lomba atau kompetisi menulis yang diikuti bersifat
marathon dalam rentang waktu yang sudah ditentukan. Apabila Bapak dan Ibu
guru sudah melakukan persiapan yang sedemikian panjang, lalu tiba-tiba hendak
berhenti di tengah jalan, maka sebaiknya dipikir dan ditimbang-timbang lagi.
Alasan kedua,
beberapa kompetisi atau lomba menulis ada yang menyertakan biaya
pendaftarannya. Apalagi bila biayanya lumayan besar untuk ukuran kita, maka
ada baiknya kita meneruskan keikutsertaan kita pada lomba tersebut.
Alasan ketiga,
bila kita sering mengikuti berbagai tantangan lomba menulis, maka dengan
sendirinya kita bisa mengukur diri sejauhmana kemampuan menulis yang sudah kita
kuasai sampai detik ini. Penulis sendiri justru memperoleh banyak manfaat
dalam berbagai lomba menulis yang pernah atau sedang penulis ikuti.
Alasan keempat,
jika kita mampu bertahan hingga di akhir pelaksanaan suatu lomba atau kompetisi
menulis, maka kita akan dapat merayakan keberhasilan menaklukkan tantangan yang
diberikan bersama para peserta lomba lainnya. Ini adalah pengalaman spesial
dan istimewa yang hanya bisa dialami oleh para peserta lombanya.
Alasan kelima,
bisa Bapak dan Ibu tambahkan sendiri sesuai dengan pendapat dan pemikiran
masing-masing. Barangkali alasan kelima ini akan Bapak dan Ibu kaitkan
dengan alasan pertama, kedua, ketiga, dan atau keempat.
Setelah Bapak dan Ibu guru sampai di bagian terakhir
tulisan ini, sebuah pertanyaan akan saya lontarkan: "Apakah Bapak dan Ibu
tetap melanjutkan tantangan menulis dari Om Jay di hari ke-29, 30, dan 31
nanti?"
Semoga jawaban "ya" menjadi pilihan kita
semua.
Banjarmasin, 8 Juli 2022
Salam
literasi dari Kota Seribu Sungai Banjarmasin
Keren tulisananya, terima kasih guru Dion 😊🙏
ReplyDeleteIya ,jangan sampai berhenti di pertengan akan menyela dan merugikan diri sendiri,karena tidak menulis 😁
ReplyDeleteMenulislah setiap hari dan buktikan yang terjadi, kalimat indah OM jay
ReplyDeleteAyo teruskan pak Dion ..bungkus...jadi buku solo...
ReplyDeleteKeren...tantangan sebentar lagi finish. Bisa satu buku solo
ReplyDeleteMari Ibu Elmi, Ibu Maesa, Ibu Sri Wulan, Ibu Sri Yamini, dan Bapak Rusma, mari kita wujudkan buku solo masing-masing ya. Semangat menulis semua. Terima kasih.
ReplyDelete