Hot Posts

Berkolaborasi dan Bertransformasi Menumbuhkan Ekosistem Digital Menuju Merdeka Belajar

SELAMAT DATANG DI BLOG GURU DION INDONESIA

Perkenalkan ngaran ulun Bapak Agus dari SMP Mitra Kasih Banjar. Ulun Sahabat Teknologi 2023 Provinsi Kalimantan Selatan. Ulun mewakili Kabupaten Banjar. Mohon dukungan dan doa pian sabarataan, agar ulun dapat melaju ke Tingkat Nasional sebagai Duta Teknologi Kemendikbudristek 2023 mewakili Kalimantan Selatan. Terima kasih nggih, ulun minta rela, minta ikhlas, minta Ridha lawan pian sabarataan.

Comments

4/comments/show

Seri Motivasi Menulis Bagi Guru (Bagian 7)

 

Ilustrasi Menulis dengan Hati di alamat: https://www.islampos.com/mengejar-hati-bahagia-8204/

 

“Menulislah dari hatimu dan temukan pembaca setiamu,” adalah sebuah komentar yang dituliskan Om Jay menanggapi salah satu artikel saya yang berjudul “Seri Motivasi Menulis Bagi Guru (Bagian 5)” yang mulai tayang pada 14 Juni 2022 lalu.

Menulis dengan hati adalah salah satu pilihan yang selama ini penulis jalani. Jujur, untuk mewujudkannya perlu perjuangan tersendiri, karena dalam beberapa kesempatan penulis kadang “tergoda” untuk menulis berdasarkan apa yang tertulis pada referensi atau bahan bacaan yang telah penulis simak sebelumnya. Lalu apa perbedaan mendasar di antara keduanya?

Jika kita menulis dengan hati, biasanya isi tulisan dari awal sampai akhir begitu melekat dalam pikiran kita. Bahkan bila kita diminta untuk menceritakannya kembali, kita bisa menyampaikannya dengan lancar dan mengalir. Sedangkan jika kita menulis berdasarkan referensi tertentu, maka yang bisa kita ingat kemudian kemungkinan hanyalah pokok-pokok pikirannya saja. Bahkan bisa jadi yang akan kita ingat hanya tema atau isi tulisan tersebut secara general (umum).

Menulis dengan hati memerlukan waktu dan permenungannya sendiri. Semakin lama direnungkan dan semakin mendalam renungannya, maka tulisan yang kita hasilkan akan semakin baik dan menarik.

Seperti halnya dengan berbagai teknik menulis yang ada, maka teknik “menulis dengan hati” ini pun memerlukan pembiasaan. Dengan kata lain, teknik menulis yang seperti ini tidak bisa kita kuasai secara instan. Jumlah tulisan yang sudah kita hasilkan pun tidak bisa menjadi patokan, apakah kita sudah berhasil menulis dengan hati atau belum.

Menulis dengan hati bisa diibaratkan seseorang yang tengah berjalan ke suatu tempat. Tentu untuk sampai di tujuannya, kita harus melewati titik-titik tertentu terlebih dahulu.

Untuk menuju ke pusat Kota Banjarmasin dari arah Kota Martapura misalnya, kita harus melewati Kota Banjarbaru dahulu, sebelum akhirnya tiba di pusat Kota Banjarmasin. Namun pilihan ini hanyalah salah satu alternatif yang bisa kita tempuh, sebab bisa saja kita melewati Kota Banjarbaru, kemudian menuju ke Kabupaten Pelaihari, setelah itu memutar balik dan menyusuri jalanan yang berbeda ke arah Kota Banjarmasin.

Di sini titik awal dan titik akhirnya sudah pasti sama, hanya saja selalu terbuka kemungkinan untuk memilih jalur alternatif yang paling kita sukai. Pun demikian halnya dengan teknik menulis dengan hati ini. Setiap orang bisa mempraktikkannya dengan berbagai cara yang dianggapnya paling mudah.

Sebagian orang barangkali lebih menyukai cara yang paling sederhana, misalnya dengan menuliskan segala hal yang ada di kepala kita saat itu. Prinsipnya menulis, menulis, dan menulis seperti apa yang diinginkan oleh hati kita. Sedangkan sisanya lebih memilih untuk merenungkan terlebih dahulu sebuah topik atau gagasan. Merenung, merenung, dan merenung sekian waktu lamanya. Barulah setelah permenungan itu dirasakan cukup, maka proses menulis baru kita lakukan setelah itu.

Jika ada yang bertanya, manakah yang lebih baik untuk dipraktikkan dalam keseharian aktivitas menulis kita, maka jawabannya saya serahkan kepada Anda. Jika Anda lebih suka menulis, menulis, dan terus menulis, maka lakukanlah hal itu. Menulislah seperti yang diinginkan oleh hati Anda masing-masing. Namun jika Anda ingin merenung, merenung, dan merenung terlebih dahulu, maka hal tersebut juga boleh Anda lakukan.

Menulis dengan hati berarti menulis secara mengalir, menulis tanpa dipaksa dan terpaksa. Menulis dengan hati berarti mencurahkan gagasan atau ide yang semula ada di kepala kita, dan menuangkannya dalam kalimat-kalimat yang menarik dan enak dibaca.

Menulis dengan hati seperti menikmati seruput kopi di pagi hari, atau secangkir teh di sore hari. Semuanya akan menciptakan sensasi dan kenikmatan tersendiri. Selamat menulis dengan hati.

 

Banjarmasin, 16 Juni 2022

Salam literasi dari Kota Seribu Sungai Banjarmasin

  

Sumber Bacaan:

Mengejar Hati yang Bahagia, dialamat https://www.islampos.com/mengejar-hati-bahagia-8204/ diakses pada 15 Juni 2022 pkl. 16.11 Wita.

Subscribe to receive free email updates:

12 Responses to "Seri Motivasi Menulis Bagi Guru (Bagian 7)"

  1. Betul, menulis dengan hati membuat hati kita merasa senang, berbagi hal menginspirasi melalui tulisan dan menjadi berkat bagi sesama pak bu.

    ReplyDelete
  2. Tulisan yang komplet. Menulis dengan hati menjadikan tulisan bergizi. Salam literasi Pak

    ReplyDelete
  3. Menulis dengan hati menghasilkan tulis lebih bermakna....

    ReplyDelete
  4. Terima kasih Ibu Budi, Ibu Sriwulan dan Ibu Ratna atas komentarnya yang semakin menyemangati saya untuk menulis dan menulis. Salam literasi Bu.

    ReplyDelete
  5. menulislah dengan hati, maka hati penulis dan pembaca akan bertemu.

    ReplyDelete
  6. Pembaca setia. Wah bahagia nya ini pak.. Selamat menikmati seruput kopi pak dengan tulisan yang hebat

    ReplyDelete
  7. Menulis dengan hati lebih mengalir 👍

    ReplyDelete
  8. Benar sekali Om Jay, Ibu Yandri, dan Sensei Maesa. Terima kasih sudah berkenan berkunjung. Terima kasih untuk komentarnya yang luar biasa!

    ReplyDelete
  9. Terima kasih Bu Veni atas apresiasinya. (Guru Dion Indonesia)

    ReplyDelete