Seri Motivasi Menulis Bagi Guru (Bagian 21)
Mengejar Mimpi Menggapai Harapan (https://apahabar.com/2022/01/its-my-dream-berikut-ongkos-travelling-ke-cappadocia-di-turki/)
Bagi penulis, perasaan dikejar deadline (batas akhir) pengiriman naskah adalah sesuatu yang begitu nikmat untuk dialami. Sah-sah saja jika misalnya di antara Bapak dan Ibu guru ada yang kurang atau bahkan tidak setuju dengan pendapat penulis di awal tulisan ini.
Bukan tanpa alasan penulis berpendapat demikian. Salah satu
pengalaman nyata yang pernah penulis alami adalah ketika menyelesaikan naskah
esai sepanjang 1500 hingga 2000 kata. Naskah tersebut penulis selesaikan
menjelang deadline pelaksanaan sebuah even bergengsi se-Provinsi Kalimantan
Selatan baru-baru ini.
Dengan hati mantap penulis berusaha "menjawab"
tantangan tersebut dengan mengirimkan naskah esai sesuai persyaratan yang
ditetapkan. Meski deadline naskah keesokan harinya "ternyata"
diperpanjang, namun penulis tidak memanfaatkannya untuk melakukan revisi atau
perbaikan naskah.
Dalam hati penulis merasa "percaya saja" terhadap
usaha dan perjuangan yang sudah penulis lakukan sebelumnya. Hingga kemudian
tibalah saat pengumuman 15 karya terbaik yang boleh maju ke tahap berikutnya.
Dan hal yang membanggakan adalah masuknya nama penulis di antara ke-15 nama
yang diunggulkan tersebut.
Ada rasa bangga, ada rasa haru, ada rasa optimis yang penulis
rasakan dalam waktu bersamaan.
Pertama, penulis merasa bangga karena dari hasil penelusuran
yang penulis lakukan, ternyata sebagian nama-nama yang terpilih kali ini
"bukan" orang sembarangan. Pengalaman dan jam terbang penulis-penulis
tersebut sudah tinggi, bahkan ada yang berasal dari salah satu lembaga ilmu
pengetahuan berskala nasional.
Kedua, penulis merasa haru karena perjuangan yang penulis
lakukan sebelumnya mendapat penghargaan yang tidak pernah disangka-sangka
sebelumnya. Apalagi penulis menyadari sepenuhnya bahwa proses penyelesaikan
esai tersebut benar-benar "last minutes" menjelang deadline.
Dan ketiga, penulis tetap merasa optimis sebab meskipun
penulis kali ini belum beruntung meraih predikat "tiga besar", akan
tetapi pengalaman berharga yang penulis dapatkan "pasca" pengumuman
15 peserta terbaik di atas, tetap membawa "manfaat" bagi penulis
untuk jangka panjang.
Pengalaman yang penulis maksudkan di atas adalah kesempatan
belajar dari para "suhu" yang sudah berkompeten di bidang penulisan
esai selama bertahun-tahun lamanya. Sudah barang tentu kesempatan seperti ini akan menjadi
kesempatan yang langka untuk kita alami.
Dari semua pengalaman ini penulis meyakini bahwa "deadline"
bukanlah alasan bagi kita untuk mundur. Jika niat kita sudah bulat, maka kita
harus terus berjuang sampai menjelang detik-detik terakhir.
Sebuah pertanyaan ingin penulis sampaikan sebagai penutup
tulisan ke-21 ini, "Apakah tulisan ini Bapak dan Ibu baca 'persis'
menjelang detik-detik terakhir penyelesaian naskah untuk lomba blog bersama Om
Jay?" Jika
jawabannya "iya", maka ada sebuah pesan yang ingin penulis titipkan,
"Teruslah menulis dan menulis hingga batas waktu itu mampu Bapak dan Ibu
guru taklukan!" Semangat.
Banjarmasin,
30 Juni 2022
Mantap p Agus dengan modal itu jadi penulis yang profesional 👍🙏
ReplyDeleteMari Bapak Rusmana juga bisa. Semangat menulis Pak. Terima kasih.
ReplyDeleteHebat Bpk dion👏👏👏, ingin bisa menulis spt Bpk, mengena
ReplyDeleteKereen bapak Dion, tulisan ini saya baca setelah selesai upload puisi di hari ke 21 😊🙏👍
ReplyDeleteKeren....tulisannya sangat mengispirasi. Semangat ...
ReplyDeleteSalam sehat dan sukses
Mengusahakan tidak di akhir deadline agar ada waktu jeda membacanya kembali. Tapi setuju meski akhir deadline, semangat kirim tulisan.
ReplyDelete